Lompat ke isi

Halaman:ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pengantin baru. Semuanya berkumpul di tengah lapangan di tengah-tengah perkampungan mereka itu. Minuman yang berupa tuak dihidangkan dalam tabung-tabung bambu. Batin Hitam bukan main gembiranya. Tetapi lebih gembira lagi Embeh Tembaga. Karena ia beruntung sudah mempersunting si Bulan yang terkenal kecantikannya itu. Si Bulan diriasi secara anak dara suku Sakai. Di sampingnya berdiri Embeh Tembaga dengan kocaknya.

Tetapi tiba-tiba semuanya terkejut. Apakah yang dilihat mereka? Dilihatnya si Tenggang datang menghampiri. Ia berjalan paling depan. Di belakangnya berjalan pula sebuah rombongan yang panjang. Semuanya menjunjung benda bulat yang besar di atas kepalanya. Jauh lebih besar dari kepalanya sendiri. Dan tampang orang-orang itu amat menakutkan. Pakai cambang dan kumis yang panjang, malang-melintang. Langkahnya tegap-tegap.

Benda di atas kepala orang itu belum dikenal mereka. Entah apa namanya. Barangkali juga sejenis senjata ajaib. Jika meletus, aduh alangkah akan hebatnya! Dan mereka ramai sekali. Batin Hitam sudah gemetar lututnya. Embeh Tembaga pucat pasi mukanya. Tak ubahnya seperti muka mayat sudah tiga hari dalam air. Lebih-lebih ketika dilihatnya yang berjalan di muka ialah si Tenggang. Si Tenggang musuhnya. Karena tunangan si Tenggang sudah direbutnya. Dalam pikirannya si Tenggang tentu datang akan merebut calon istrinya kembali. Dengan berteriak sekeras-kerasnya, Embeh Tembaga menarik tangan si Bulan. Lalu dilarikannya calon istrinya ke dalam hutan. Batin Hitam mengambil langkah seribu pula. Lari terbirit-birit karena takutnya. Wah, bukan main ramainya. Melihat kepalanya sudah lari semua penduduk juga kalang kabut melarikan dirinya. Bambu berisi tuak tunggang langgang dipersepakkan mereka. Santapan lezat-lezat yang belum sempat dimakan berserakan ke sana-sini. Terbit juga ketawa si Tenggang melihat peralatan yang menjadi kalang kabut itu. Dalam beberapa menit saja tempat itu kosong dari manusia.

Kawan-kawan si Tenggang ikut tertawa gelak-gelak. Begitulah takutnya mereka kepada orang asing. Tetapi, sayang juga bagi si

11