Lompat ke isi

Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 2.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nanti dapat soesah dengan lantaran perkaranja Dantes. Aken tetapi minoeman doewa botol itoe tiada tjoekoep aken bikin boetak ia poenja pikiran; maka ia tinggal berdoedoek diam dengan merasa mabok, hingga tida bisa pergi mengambil anggoer lagi, tapi tida mabok sampe meloepaken perkara Dantes.

Melinken Danglars sendiri tida merasa koewatir, tida merasa doeka, hanja merasa senang; kerna ia soedah bisa persakiti moesoehnja, dan telah dapat katantoeän aken tinggal tetap djadi pegawe di kapal Pharao, sedang lebih doeloe ia ada sangka, jang ia tida aken terpake lagi di kapal itoe. Danglars itoe ada teritoeng pada orang-orang jang koerang baik, jang di dalam pribahasa ada dikataken telah terlahir dengan membawa ilmoe hitoeng dan kalam, sedang hatinja ada hitam, saroepa dengan tampat tinta. Aken dia itoe, satoe bilangan jang ketjil poen ada berharga lebih dari satoe manoesia, kaloe adanja manoesia ini misti hilangken itoe bilangan ketjil. Dengan senang hati Danglars itoe pergi tidoer pada waktoenja jang biasa.

Sasoedah menerima soerat dari toewan de Salvieux, toewan Villefort tjioem nona René pada pipi kanan dan kiri, tjioem tangannja njonja de Saint Méran dan pegang tangannja toewan markies, aken bri slamat tinggal, laloe teroes ia berangkat berkandaran menoedjoe ka kota Parijs. Dantes toewa ampir djadi mati, oleh kerna sangat berdoeka.

X.

KAMAR-TOELIS DI DALAM KARATON FRANKRIJK.

__________

Biarlah kita tinggalken toewan Villefort jang ada di perdjalanan, di mana ia ada berkandaran dengan kentjang sekali, lantaran djandjiken oepahan besar kapada koesir; dan biarlah kita lombain dia itoe masoek ka dalam kamar-toelis di dalam karaton di kota Parijs. Di dalam ini kamar ada berdo edoek Sri Baginda Maha Radja Lodewijk jang ka XVIII; Baginda ini ada adepi satóe kitab jang tertaro di atas medja. sedang dekat pada Baginda ada berdoedoek saorang lelaki jang ramboetnja soedah bertjampoer oeban.

»Kaoe bilang apa, baroesan, Toewan Blancas?" kata Baginda, sambil toenda itoe kitab jang ditanda-tandaï olehnja di pinggirannja.

»Bahoewa hamba ada merasa sangat koewatir, Toewankoe!" sahoet itoe toewan Blancas.

— »Hm! apa kaoe ini soedah melihat djoega. toedjoeh sampe gemoek dan toedjoeh sampe koeroes di dalam impian?"