Lompat ke isi

Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

benar. Jika anak orang biasa saja, susah maka dapat diterima."

"Sutan bukantah tidak orang biasa saja ? Berpangkat dan jadi guru di negeri ini. Tentu saja tidak sukar memasukkan anak ke sekolah."

"Sungguhpun demikian susah juga, ibu ! Sebab tahun yang sudah saya lihat yang diterima jadi murid, anak-anak orang yang berpangkat tinggi saja. Jika masih ada juga tempat, baru diterima anak orang yang agak rendah pangkatnya. Itu pun diselidiki benar siapa bapanya, apa pangkat dan berapa gajinya. Pendeknya dalam dipilih, dipilih lagi."

"Kalau begitu susah benar memasukkan anak ke sekolah itu. Akan tetapi ada suatu jalan yang mudah. Jika sesuai dengan pikiran Sutan, baik benar dikerjakan."

"Jalan apa, ibu ?" ujar guru Kasim dengan heran.

"Mamak Sutan yang jadi menteri polisi di Paya Kumbuh sekarang ini, ketika akan masuk sekolah dahulu, datuk Sutan membawa buah tangan kepada gurunya. Ketika itu ibu masih anak-anak; ibu sendiri yang membawa buah tangan itu bersama datuk Sutan. Nah, apa salahnya jika kita membawa buah tangan pula kepada guru sekolah itu."

Mendengar perkataan mentuanya itu, guru Kasim tersenyum. Kemudian ia berkata, katanya, "Hal yang demikian itu hanya dahulu biasa dilakukan orang.

Akan tetapi sekarang boleh dikatakan tak ada lagi. Kebanyakan orang kini tidak suka lagi makan suap. Perbuatan itu dipandangnya hina dan dibencinya amat sangat. Demikian pulalah halnya dengan guru H.I.S, itu. Jika katanya anak kita tak dapat diterima, lebih baik pulang saja. Kendatipun dibawakan buah tangan ini dan itu, percuma, takkan berpaedah. Malahan malu yang akan dapat, karena guru itu sekali-kali tak suka menerima buah tangan siapa jua pun."

Tiba-tiba kedengaran orang batuk di halaman. Datuk Besar datang, lalu naik ke rumah. Setelah bersalam dengan guru Kasim, ia pun duduk di kepala rumah. Tiaman dan Jamilah pergi ke belakang. Tidak lama antaranya, hidangan diangkat si Ajam. Maka mereka pun makanlah bersama-sama. Sudah makan, si Ajam yang cepat kaki ringan tangan itu segera pula mengangkat piring cangkir ke belakang. Setelah selesai semuanya dan rokok telah habis sebatang seorang, maka guru Kasim mulai berkata, 'Maka mamak saya minta datang, ialah akan mengabarkan bahwa saya

22