Lompat ke isi

Halaman:Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali.pdf/156

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
nya gejala geteroginitas dalam hal agama dan suku bangsa) telah menimbulkan berbagai masalah adat.
  1. Mengenai hubungan struktural dan fungsional antara desa adat dengan desa dinas.
    Seharusnya, hubungan desa adat dengan desa dinas adalah bersifat fungsional. Dalam kenyataan, karena fokus kegiatan pembangunan dan segala aktivitas resmi tersalur kepada masyarakat melalui desa dinas, maka tampak kecendrungan, bahwa secara struktural desa adat adalah bagian dari desa dinas. Fungsi desa adat menjadi makin menyempit (hanya bidang agama dan adat) dan eksistensinya sering menjadi tergantung kepada desa dinas.
  2. Mengenai pemerintahan desa.
    Wewenang dan peranan aparat desa adat telah menjadi terbatas dan menyempit. Begitu pula arti dan peranan dari awig-awig desa adat menjadi melemah.
    Banyak peristiwa dan masalah yang dulunya dapat diatasi dan diselesaikan menurut awig-awig desa adat, kini tidak demikian lagi, dan memerlukan penggarapan di tingkat supra-desa. Sifat otonom dalam pemerintahan desa adat menjadi makin kendor.
  3. Mengenai lembaga-lembaga sosial.
    Lembaga-lembaga sosial pada masyarakat desa menjadi makin heterogin. Di samping tetap adanya lembaga-lembaga tradisional seperti : banjar, subak, sekeha, juga mulai berkembang lembaga-lembaga asal dari luar desa, seperti : LSD (LKMD), KUD, PKK, dan lain-Iain. Kompleksinya keadaan kelembagaan seperti itu memperlihatkan masalah ganda, di satu pihak beberapa lembaga tradisional melemah dalam fungsinya (seperti beberapa sekeha), dan dipihak lain beberapa lembaga yang baru belum sepenuhnya membudaya.
  4. Mengenai ciri-ciri kehidupan komunitas.
    Ciri-ciri kehidupan dalam komunitas kecil juga mengalami bebeberapa perubahan sebagai atribut dari dinamika kehidupan warga komunitas itu sendiri. Beberapa ciri itu antara lain :
    a. Melemahnya beberapa aktivitas gotong royong yang telah dinilai oleh warga masyarakat kurang ekonomis dan kurang efisien lagi.
    b. Bergesemya pola-pola keterikatan kepada komunitas sebagai atribut dari makin tingginya tingkat mobilitas warga komunitas yang bersangkutan.


146