Lompat ke isi

Seni Patung Batak dan Nias/Pendahuluan

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

PENDAHULUAN


Sejak zaman bahari Indonesia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Proses ini disebabkan Indonesia telah mengadakan hubungan dagang dengan daerah-daerah lain di luar Indonesia. Hubungan ini juga akhirnya membawa Indonesia ke arah pandangan hindup yang baru. Pandangan hidup baru ini bukan berarti pengganti pandangan hidup yang lama secara kese­luruhan melainkan tetap merupakan kelanjutan tingkat kemajuan pe­radaban.

Perpaduan antara dasar hidup yang lama dengan dasar hidup yang baru yang meliputi asas hidup lingkungan dan masyarakat yang lebih luas itu membawa Indonesia ke tingkat peradaban yang berkepribadian.
Peristiwa tata cara hidup yang baru ini bukan hanya pada suatu tempat (daerah) saja, melainkan meliputi seluruh tanah air. Kejadian­-kejadian pada masa lampau tersurat dalam sejarah. Justru itu, sejarah perlu dipelajari dalam arti kata bukan hanya mengenal masa lam­pau, tetapi sebagai bahan perbandingan dengan nilai peri kehidupan pada masa kini.

Berbicara tentang masalah yang berkenaan dengan sejarah kebudayaan maka mau tidak mau kita harus juga membicarakan ten­tang manusianya, sebab sejarah itu menyangkut manusia sebagai pelakunya, yang meliputi tata hidup (adat-istiadat) dan peninggalan benda-benda seni dan latar belakang sejarah terwujudnya benda­ benda kesenian itu.

Bangsa Indonesia memiliki aneka ragam kehidupan kebudayaan, adat-istiadat dan sifat-sifat tradisional yang terus hidup sampai ma­sa kini. Hal seperti ini masih dapat ditemukan dan terpelihara sampai sekarang.

Kita masih dapat menyaksikan upacara perkawinan adat Batak Tapanuli Batak Karo.

Adat Batak Tapanuli
Adat Batak Karo
Adat Batak Dairi/Pakpak
Adat Batak Angkola/Mandailing
Adat Batak Nias, dan

Adat Melayu.

Demikian juga upacara adat tradisional lainnya seperti mem­buka ladang, membangun dan memasuki rumah baru, upacara pe­nguburan, dan lain-lain.

Dihubungkan dengan hasil karya seni rupa ternyata adat-istiadat itu juga menampakkan pengaruhnya yang sangat kuat. Ini da­pat dilihat dari hasil seni rupa di daerah-daerah (Indonesia) terhadap kepercayaan masyarakat. Sebagai contoh motif ukiran cacak dalam seni bangunan rumah adat Batak Toba Simalungun, Pakpak Dairi, Karo, Mandailing dan rumah adat Nias. Demikian juga dengan motif ukiran kepada kerbau, kuda, dan gajah masih dapat kita jumpai pa­da seni bangunan rumah-rumah adat di daerah lain di Indonesia.

Pahatan-pahatan batu sebagai perlambang kepercayaan pada nenek moyang yang telah diukir oleh seniman pada zamannya masih banyak bertebaran hampir di setiap daerah di pelosok tanah air.

Dilihat dari sudut daya kreativitas bangsa Indonesia, aneka ragam kehidupan dan kebudayaan yang penulis kemukakan di atas adalah merupakan bagian kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia. Dilihat dari segi identitas bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaul­an bangsa-bangsa di dunia, maka aneka ragam adat-istiadat hasil kar­ya seni dan bentuk budaya tradisional di atas merupakan tipe dan co­rak kepribadian bangsa Indonesia.

Hal ini tentunya dapat kita terima bahwa semua itu adalah warisan luhur dari nenek moyang kita. Pemikir-pemikir kita pada masa yang lampau telah menunjukkan ketangguhannya melalui buk­ti-bukti dari warisan yang mereka tinggalkan. Hal yang sedemikian itulah akhirnya penulis merasa tertarik untuk mengungkapkan sa­lah satu bagian dari hasil seni rupa yakni seni patung yang meliputi daerah:

Batak Toba
Batak Simalungun
Batak Pakpak Dairi
Batak Angkola/Mandailing
Batak Karo, dan
Batak Nias.

Di lain hal kesenian adalah salah satu unsur yang penting da­lam pembinaan bangsa. Oleh karenanya wajib dikembangkan agar dapat dihayati oleh masyarakat yang akan datang (generasi pene­rus) dengan usaha pengolahannya. Kita sama mengetahui bahwa ciri-ciri bangsa Indonesia pada umumnya didasari oleh perasaan dan ujud pernyataan seni dengan segala jenis dan coraknya yang aneka ragam itu menjadi kebanggaan-bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu kesenian mempunyai peranan penting sebagai media komunikasi antar bangsa di samping usaha pencapaian rasa indah bagi pembina­an kepribadian bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam GBHN yang pada pokoknya menetapkan bahwa segala usaha pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional diarahkan pada usaha-usaha yang memperkuat kepribadian bangsa, kebanggan nasional, dan ke­satuan nasional.

Kesenian

Kesenian mempunyai arti luas, sebab kesenian mencakup segala yang berhubungan dengan keindahan yang menjadi salah satu kebu­tuhan dan tata hidup manusia itu sendiri. Kesenian pada dasarnya dibagi atas 4 golongan, yakni:

1. Seni rupa : 1.1. Seni rupa murni,
1.2. Seni rupa pakai,
1.3. Seni bangunan.
2. Seni suara : 2.1. Vokal,
2.2. Instrumental.
3 .Seni gerak : 3.1. Seni drama,
3.2. Seni tari,
3.3. Seni pencak dan lain-lain.
4. Seni sastra : 4.1. Prosa,
4.2. Puisi.

Dari pembagian kesenian yang telah diuraikan di atas makin jelas bagi kita bahwa kesenian itu cukup luas, namun sebenarnya ada­lah merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.

Kebudayaan

Uraian tentang kebudayaan dalam bahasa Indonesia sudah tersimpul dalam makna kata itu sendiri, yaitu budi dan daya. Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta. Budi mengandung makna yang berasaskan persaudaraan dan perikemanusiaan dalam arti kesopanan dan adat lembaga yang baik. Daya mengandung sifat perjuangan yang mencakup kekuatan tenaga manusia yakni kekuatan otak, kekuatan hati, kekuatan jasmani dan rohani, kepandaian, dan ilmu untuk mencapai sesuatu maksud. Jika, kita padukan kedua makna itu dapatlah diartikan budi ialah semangat dan daya ialah kekuatan yang meliputi rohaniah dan jasmaniah. Dengan demikian tersimpullah bahwa kebudayaan pada hakikatnya adalah segala usaha dan daya cipta ma­nusia yang menyangkut aspek kehidupan bangsa yang meliputi ber­bagai aspeknya. Kedua asas itu akhirnya oleh nenek moyang kita pada zaman dahulu dipakai untuk mencapai kebahagiaan bersama dalam hidup sepergaulan, senegeri dan lebih luas lagi senusantara, dan akhirnya kedua asas itu diberi bingkai yang kukuh dengan slo­gan Bhineka Tunggal Ika.

Tiap ciptaan seni apakah dia tergolong pada seni rupa, seni sua­ra, seni gerak, dan seni sastra adalah hasil budaya manusia pada ma­sanya. Untuk memahaminya haruslah kita mengetahui dan mempe­lajari kebudayaan itu sendiri secara lengkap dan utuh.

Seni juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan, oleh karenanya seni menurut pertumbuhannya mempunyai sejarah ter­sendiri. Untuk memperkenalkan kemudian mengutarakan pertum­buhan dan perkembangan kesenian itu diperlukan penelitian. Dalam meneliti suatu hasil kesenian mau tidak mau kita harus juga mempe­lajari sejarah kesenian itu. Sejarah kesenian bukan semata pengeta­huan yang harus mengadakan determinasi dan klassifikasi melain­kan untuk menghantarkan kita ke dalam pengertian untuk dapat menghargai seni secara menyeluruh.

Karena kesenian itu mempunyai cabang yang cukup luas seper­ti yang telah dikemukakan terdahulu tentu cabang-cabang dari se­jarah kesenian itu cukup luas pula untuk dibicarakan.

Dalam tulisan ini penulis hanya membatasi diri pada pembica­raan seni rupa bahkan lebih khusus lagi yakni seni patung Batak dan Nias dalam berbagai aspeknya, dan latar belakang sejarahnya serta peranan sosialnya dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Kemudian, karena seni topeng pada kehidupan masa lampau pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyara­katnya. Serta betapa pula luas variasi jenis topeng di daerah Suma­tera Utara. Oleh karena pada buku ini pun penulis mencoba memba­has secara singkat karya seni topeng dalam berbagai aspeknya.

Akhirnya apa yang penulis harapkan dari semua pihak demi pelestarian dan pembinaan seni patung Batak dan Nias, penulis ke­mukakan pada bab terakhir.