Lompat ke isi

Sejarah Daerah Bengkulu/Bab 6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

JAMAN KEBANGKITAN NASIONAL

(1900 - 1942)

A. KEADAAN PEMERINTAHAN

Menjelang abad ke-20 terjadi perubahan dalam politik imperialisme negara-negara Barat dengan cara-cara yang lebih rasionil dan liberal. Cara politik serupa itu disebut imperialisme modern, dengan ciri-cirinya antara lain modal swasta diberi kesempatan memasuki negara jajahan.

Proses industrialisasi di Eropa berjalan cepat, dan akibatnya dirasakan di negara-negara jajahan. Hal itu juga berlaku bagi tanah jajahan, termasuk Bengkulu. Jaman ini ditandai dengan banyaknya peradaban Barat memasuki Bengkulu, terutama ialah :

Modal dan skill atau pengetahuan, ketrampilan tehnik modern. Persentuhan peradaban itu mengenai segi yang negatif dan positif.

1. Kerajaan-kerajaan.

Seperti telah diungkapkan dalam bab-bab sebelum ini, bahwa di daerah Bengkulu pernah terdapat beberapa kerajaan yang berdiri sendiri dan hidup dengan cara dan pengetahuan adatnya sendiri seperti misalnya Silebar, Sungai Serut, Sungai Lemau, Tanah Serawai, Renah Sekalawi. Kesemua kerajaan-kerajaan kecil itu sudah tidak ada lagi. Satu persatu hilang sejak mulai datangnya. Kompeni Belanda, Inggris dan penjajahan Belanda, karena pemerintah jajahan melaksanakan sistem pemerintahannya sendiri dan jalan hubungan dikuasainya..sepenuhnya.

2. Pemerintahan Hindia Belanda.

Bengkulu sejak tahun 1878 menjadi daerah Keresidenan di bawah pimpinan Residen Belanda yang berkedudukan di Bengkulu, dan dibantu oleh Asisten Residen, Controleur dan Gezaghebber yang semuanya orang Belanda. Di bawah ini terdapat pangreh praja dengan susunan : Demang, Pangeran, Pasirah/Datuk, Depati, Pembarap/pemangku. Kontrolir dibantu oleh Demang, Klerk dan juru tulis.

Pada tahun 1816, seluruh Keresidenan Bengkulu administratipnya di bagi sebagai berikut :

Bengkulu sebagai tempat kedudukan Residen.

a. Bengkulu (Kontrolir)

b. Lebong (Muara Aman : Asisten Residen)

Muara Aman : Kontrolir.
L a i s : Kontrolir.
Kapahyang : Kontrolir.
Muko-muko : Kontrolir.
c. Seluma (Tais : Gezaghebber)
d. Manna (Kontrolir)
e. Kaur (Bintuhan : Gezaghebber)
f. Krui (Kontrolir)

Pada tahun 1916 rata-rata setiap 1 km. daerah Bengkulu dihuni oleh 9 jiwa. Dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan penduduk pulau Jawa, maka di Bengkulu pada tahun 1916 keadaannya agak berjalan lambat. Menurut suatu catatn pada tahun 1915, jumlah penduduk daerah Bengkulu adalah sebagai berikut : Eropa 500 jiwa, asli 215.000, Cina 3.500, Arab 50; Timur Asing lainnya 50. Jumlah seluruhnya 219.000 jiwa.

Bila dibandingkan dengan catatan tahun 1838 maka mengalami kenaikan besar sekali. Menurut catatan itu penduduk Bengkulu ditaksir ada ± 100.000 jiwa. Tetapi diakui bahwa pencatatan waktu itu berjalan dengan susah, banyak hambatan. Jadi taksiran hanya takairan besar (Sensus 1976 = 617.729 jiwa)

Pemerintahan Hindia Belanda di Daerah Bengkulu berakhir pada tanggal 8 Februari 1942. Pada tanggal 8 Februari 1942 balatentara Dai Nippon kira-kira jam 16.00 tiba di Bengkulu dari Palembang. Balatentara Nippon ini dielu-elukan rakyat Bengkulu sepanjang jalan dengan mengibarkan Hinomaru dan Sang Merah Putih. Dalam hati tentu mereka berharap bahwa orang-orang Matahari terbit ini nanti akan memberikan kebebasan bagi bangsa Indonesia yang telah sekian abad dijajah orang-orang Eropa. Pada hari itu juga Residen Belanda yang terakhir yaitu O. Mayor menyerah kepada Jepang.

  1. KAUM PERGERAKAN DI BENGKULU.

Berdirinya organsasi politik ataupun organisasi lainnya di daerah Bengkulu tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan keadaan di Palembang dan Jawa.

Organisasi Politik yang pertama berdiri di Bengkulu adalah Serikat Islam. Hal ini mudah dimengerti karena tujuan serta garis perjuangannya berdasarkan ajaran Islam. Sedangkan penduduk setempat sebagian besar adalah pemeluk agama Islam yang taat.

Seiraman dengan perkembangan Serikat Islam sendiri menjadi PSSI, maka di daerah Bengkulu pada tahun 1921 PSSI tampak berkembang pula.

Kemudian tahun 1927 muncul organisasi politik baru yaitu PNI dan di Bengkulu partai ini mempunyai pengaruh juga. Di samping itu Muhammadiyah juga pesat sekali perkembangannya. Muhammadiyah pada mulanya dipelopori oleh Almaini yang dikenal juga dengan nama Bustanul Ichsan, didirikan di sekitar tahun 1926. Setelah tahun 1929 tokoh-tokoh Muhammadiyah di antaranya ialah : H. Yunus Djamaluddin, A. Kancil, Zainu Sailan, Napie , Hasan Din, dan Oei Tjing Hin.

Untuk kepentingan organisasi ini, dibangunlah sebuah gedung sebagai pusat kegiatan. Gedung ini terletak di Kebun Roos atau sekarang jalan K.H. Achmad Dahlan dan gedung ini sampai sekarang masih terpelihara baik.

Pada tanggal 30 Juni 1932 didirikan pula Perhimpunan Siti Fatimah Zahara, bagian Jamiatulkhair cabang Bengkulu. Pada bulan Agustus 1932 organisasi ini memisahkan diri dari induknya. Aktifitasnya terutama mengadakan perngajian serta tabligh umum yang diadakan pada tiap hari Kemis. Untuk rumah sosial yang didirikan oleh kaum dermawan dan tokoh-tokoh Islam yang bertempat di Kampung Bali. Jong Islamiaten Bond juga mempunyai cabang di Bengkulu. Pada tanggal 27 September 1932 telah diadakan rapat kaum gadis Bengkulu bertempat di clubhuis Jong Islamiaten Bond Pasar Pramukan dengan pimpinan L. Lela, Rohani, M. Tjaja. Tujuannya mendirikan Perkumpulan Gadis Dermawan.

Pada tanggal 1 Desember 1931 telah berdiri perkumpulan gadis-gadis Sukamerindu Bengkulu dengan pengurus :

Ketua  : Encik Zainab

Sekretaris  : Zaleha

Bendahara  : Oepik Ros

Tujuan perkumpulan ini ialah menolong dan menunjang dengan uang kepada anggotanya yang hendak kawin.

Di samping perkumpulan atau organisasi tertersebut di atas, terdapat pula Perhimpunan Al Ihsan, Perkumpulan Pemuda Islam dan Kami Anak Muara Aman Asli (KAMA)

Dalam tahun 1937 di Bengkulu muncul pula Parindera yang dipimpin oleh Dr. Sugiri, Riva'i Darwis Zoelkifli Darsyah dan lain-lain. Gerindo timbul menjelang datangnya Jepang di Bengkulu dipimpin oleh M.A. Chanifiah.

Serentak dengan tumbuhnya Muhammadiyah, hidup pula kepanduan Hisbul Wathon (H-W). Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) mulai berkembang sejak berdirinya Taman Siswa di Bengkulu tahun 1937 pimpinannya M.A. Chanafiah.

Dilihat dari semua organisasi yang tumbuh di daerah Bengkulu, jelas bahwa perjuangannya dalam sosial dan politik. Gerakan politik adalah sejalan dengan Kebangkitan Nasional 1908 dan Sumpah Pemuda 1928.

Gerakan politik di Bengkulu lebih menghayat ketika Ir. Soekarno pada tahun 1938 - 1942 berada di Bengkulu sebagai tahanan Hindia Belanda. Dengan segala daya dan usaha, baik pihak tokoh-tokoh pergerakan Bengkulu maupun Ir. Soekarno berusaha saling mendekati. Melalui organisasi Kesenian dan Olah Raga pemuda-pemuda Bengkulu yang bernama Monte Carlo Ir. Soekarno menanamkan semangat kebangsaan. Inilah menjadi modal utama perjuangan rakyat Bengkulu melawan Jepang dan Belanda.

C. PENYELENGGARAAN HIDUP DAN MASYARAKAT.

Dalam permulaan abad ke-20 terjadi perubahan politik imperialis di negara-negara Barat dan juga proses industrialisasi di Eropa begitu cepat. Pemerintah Belanda di Bengkulu harus menyesuaikan perubahan itu dan memanfaatkan segala segi kehidupan masyarakat yang bertumpu pada pertanian, kehutanan, pertambangan dan perdagangan.

1. P e r t a n i a n

Di Bengkulu terdapat bermacam cara untuk memperoleh padi yaitu dengan cara 1) Perladangan, 2) persawahan tadah hujan dan 3) persawahan dengan irigasi.

Sejak tahun 1950 Pemerintah mulai mengadakan penelitian untuk kemungkinan irigasi di Sumatera, dan di Bengkulu ditempatkan insinyur pertanian. Tahun 1913 terbit laporan untuk memperbaiki irigasi di Sumatera dan hubungan kebutuhan beras sebanyak 1/4 - 1/5 bagian. Hal ini tidak apa-apa, karena bisa dibeli dari luar (Birma, Siam, Muang Tai) dengan menukar hasil bumi/hutan dan minerai lain.-nya. Tetapi ketika pecah Perang Dunia ke I (1914 - 1918) Sumatera mengalami kesulitan.

Dalam keadaan normal (1913), Sumatera kekurangan 146 milyun kg. beras setahunnya. Karena itu timbul kegairahan untuk menambah areal sawah. Di kaki gunung dempo sistem pengairan Siring bumi Agung diperbaiki menurut teknik modern. Sistem irigasi modern pula di Kemumu (Bengkulu Utara). Hasil beras dari Kemumu diharapkan Pemerintah Belanda dapat memenuhi kebutuhan pekerja tambang emas di daerah Lebong Tandai. Sampai ini (1977) irigasi di Kemumu semangkin disempurnakan dan terletak tidak jauh dari sini telah didirikan ibukota Kabupaten Bengkulu Utara Arga Makmur. Di Daerah Rejang Lebong irigasi modern diadakan. Yang sangat dikenal ialah Dam irigasi Air Putih Curup

yang mengairi daerah persawahan di sekitar kota Curup.

Di hulu sungai Kepahyang terkenal sebagai daerah beras. Rupanya sering kali terjadi gagal panen, sehingga penduduknya banyak yang pindah. Sekitar tahun 1916 mulai diusahakan lagi memperbaiki dan menyuburkan daerah beras di sana. Dengan mempergunakan irigasi di daerah Curup, Lebong dan Kemumu daerah ini menjadi gudang beras bagi Bengkulu dan sekitarnya.

Untuk kemajuan ekonomi rakyat Bengkulu mendapat bantuan, tertutama dalam segi perkreditan. Pada tahun 1913 didirikan Volkscreditwezen yang berusaha meringankan beban rakyat dibidang pengusahaan pertanian.

Sejak tahun 1900, pabrik margarine (mentega) menggunakan kopra sebagai bahan baku. Sehingga harga kopra naik, di samping gula dan tembakau sebagai barang ekspor. Hasil penjualan kopra mendatangkan kemakmuran rakyat karena kebun kelapa merupakan milik penduduk.

Kemakmuran ini memberikan pengaruh pada kehidupan rakyat. Rumah-rumah bagus banyak dibangun dan peralatan rumah tangga menjadi lebih lengkap. Di samping itu rakyat berlomba membeli sepeda sebagai suatu kebanggaan.

Sebagai perbandingan dapat dicatat pada tahun 1913 hasil kopra daerah Bengkulu sebanyak 380.000 kg., Sumatera Barat 14.723.000 kg., Lampung 416.000 kg., Aceh 3.909.000. Melihat angka ini daerah Bengkulu paling sedikit menghasilkan kopra. Oleh sebab itulah bangsa Eropa mendirikan onderneming. Kelapa yang terletak di Enggano dan Swasta seluas 400 bahu.

Di samping kelapa daerah Bengkulu juga menghasilkan gambir, tetapi tidak begitu banyak. Gambir ini selain untuk campuran makan sirih, berguna juga untuk obat-obatan. Campuran bahan cat untuk pewarna pakaian dan lain-lain. Oleh karena itu gambir merupakan barang ekspor, terutama pasarannya Singapura, Jerman dan Amerika.

Sejarah lada sangat erat jalinannya dengan Sejarah Sumatera. Pada akhir abad ke-19 permintaan lada meningkat. Penanaman lada dilakukan oleh penduduk. Orang-orang asing ada juga orang mempunyai kebun-kebun lada, tetapi tidak banyak. Demikian juga cengkeh merupakan hasil rakyat terutama di daerah Bengkulu bagian Selatan.
Sampai saat ini (1977) daerah Bengkulu Selatan masih tetap merupakan penghasil lada dan cengkeh yang utama.

Menurut berita dari "de Buitenbezetingen," hasil lada Bengkulu tercatat sebagai berikut: Lada putih 87.000 kg., lada hitam 427.000 kg; jumlah seluruhnya 514.000 kg. Kalau dibandingkan dengan daerah lain hasil ini kecil sekali.

Pada jaman Hindia Belanda sudah diketahui bahwa Sumatera dapat dijadikan daerah beras yang baik. Karena itu pengusaha-pengusaha pabrik katun dari Twente (Nederland), mendirikan "Vereniging tot Bevoordering der Katoen cultuur in de Nederlandsche Kolonien", berkedudukan di Hangelo.
Diusahakan penanaman sebagai tanaman budaya rakyat. Di Bengkulu pada tahun 1912 - 1913 pernah diusahakan penanaman kapas dengan bibit Sea-Island, tetapi rupanya gagal.

Bengkulu tahun 1916 menghasilkan kopi 2.000 pikul tiap tahun. Tahun 1915 kopi enak dari Krui bahkan diekspor ke Amerika dengan kapal layar khusus. Menurut importir Amerika itu, rasanya malahan makin nyaman kalau diangkut dengan kapal layar khusus. Dalam dunia kopi ini di Eropa .pernah dikenal standar kopi Bengkulu (Bencoelen standard).

Di daerah Rejang Lebong penanaman tembakau Rejang sangat dikenal. Bengkulu juga menghasilkan pala, dan tanam-tanaman lain seperti sagu, sayuran, pinang, panili, kapuk, tebu dan aren, walaupun jumlahnya tidak banyak.

2. Transmigrasi.

Erat hubungannya dengan pertanian ialah transmigrasi atau menurut istilah jaman Hindia Belanda, yaitu kolonisasi. Sejak tahun 1907 sudah ada suku Sunda yang dipindahkan ke daerah Kepahyang (Rejang) dan sejak 1911, ke Curup. Pada tahun 1912 didatangkan orang orang Jawa, dengan maksud memperkenalkan cara menggarap sawah dan cara memelihara ikan di perairan tawar.
Migrasi ini berjalan dengan baik terbukti hingga saat ini (1977) Kabupaten Rejang Lebong hal hal seperti di atas sangat berkembang.
Bekas buruh tambang emas dan onderneming kopi Suban Ayam banyak pula menetap di desa-desa baru itu. Di desa migrasi ini orang menanam tembakau, kopi robusta dan teh. Hasil teh ini dijual kepada pedagang Cina yang menjalankan mengolahnya menjadi teh hijau di pabrik Lebong, Bengkulu dan Betawi. Di desa Sampiang pernah berdiri bank desa kecil. Pada tahun 1912 jumlah transmigrasi ada 1114 jiwa (antara tahun 1971 - 1976 telah didatangkan 1.901 kk atau 9.087 jiwa transmigrasi. Pada tahun 1916 orang masing mengharap agar Lereng Ketahun berumah menjadi perusahaan yang bagus dan subur.

3. Perkebunan.

Di Bengkulu juga terdapat perkebunan swasta milik asing atau onderneming. Perkebunan itu kebanyakan milik Belanda dan Cina dengan tanaman padi, kelapa, sagu, kopi, karet, panili dan lada.

Sebelum Perang Dunia ke-I (1914 - 1918), di Bengkulu ada 20 persil erfpach dengan luas 23.495 bahu. Yang paling luas ialah di daerah Rejang Lebong dan tanaman karet, kopi dan kina.

Di Bengkulu tidak ada onderneming yang khusus ditanami karet, melainkan selalu campuran. Pada tahun 1904 - 1914 di Bengkulu ada 4 buah onderneming karet dengan luas 4748 bahu. Di Sumatera Utara saja ada 266.000 bahu (112 onderneming karet campuran), tetapi dibandingkan dengan Menado (7 onderneming, 1165 bahu), Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (2 onderneming, 2393 bahu), maka di Bengkulu tercatat lebih besar.

Di perkebunan karet biasanya ditanami juga kopi, kelapa dan kina. Perkebunan di Bengkulu juga ditanami tembakau. Tahun 1913 mencatat hasil 465 pak dengan harga f. 14.000, (per kg. ± 40 sen). Menurut ukuran Sumatera hasil tembakau Bengkulu itu adalah yang paling kecil. Dibandingkan dengan (tahun 1913) Deli menghasilkan 101.952 pak, dan merupakan hasil terbesar. Selain tembakau perkebunan di Bengkulu juga menghasilkan kopi sebanyak 1 milyun kg (tahun 1913) dan rotan sega.
Bagi Sumatera, perkebunan teh merupakan yang terbesar pada tahun 1916. Karena baru sejak tahun 1911 di Sumatera Utara dibuka perkebunan teh. Di Bengkulu orang menanam teh sebagai tanaman tambahan. Penduduk juga mulai giat menanam pohon karet dan hasilnya baik. Kebanyakan menanam fikus elestica yang dikenal penduduk dengan istilah rambung (Sumatera) dan karet (Jawa) sejak tahun 1907, penduduk juga mulai belajar menanam hevea (para). Cara menanamnya memang mudah tetapi petani para itu harus belajar menyadap, mengelah dan menjual dengan cara yang tepat.

Di Bengkulu penduduk juga giat menanam para. Hutan-hutan di Bengkulu mendatangkan hasil, misalnya : kayu, rotan, kancuk, getah perca , benzoe, damar, kopal, bakau, jelatang (pentung), buah balam dan sebagainya. semua hasil hutan itu dibawa ke Batavia.

4. Pertambangan.

Sumatera adalah pulau nomor satu dalam pertambangan pada masa sebelum Perang Dunia ke I. Hasil terbesar ialah : batu bara, emas, perak. Tahun 1916 nomor dua sesudah Kalimantan dalam produksi minyak bumi. Undang-undang tambang tahun 1899 baru berlaku pada tanggal 1 Mei 1907 dan diperbaiki pada tahun 1910, sedang ordonansi tambang tahun 1906 diperbaiki pada tahun 1910.

Menurut Undang-Undang ordonansi tersebut, pemilik tanah yang mengandung tambang tidak ikut memiliki tambang raya.

Perseorangan dan badan-badan yang bercorak Belanda dapat diberi hak dan kesempatan untuk mengeksplorasi dengan pajak 2½ sen tiap tahun untuk tiap ha dengan maksimum luas areal 10.000 ha. Kalau berhasil, maka pemegang hak eksplorasi dapat diberi hak untuk konsesi dan eksploitasi dengan pajak pendapatan bruto 4% kalau sedang rugi bisa mundur sampai 1%.

Pemerintah juga menentukan beberapa wilayah yang akan dipakai sendiri, baik untuk eksplorasi. Daerah Bengkulu seluruhnya merupakan daerah yang dikhususkan untuk pemungut dan tidak diperbolehkan pihak swasta beroperasi disana.
Bagi Indonesia pertambangan minyak bumi merupakan hal yang terbaru, tetapi yang paling utama. Pada tahun 1963, di Jawa mulai diketemukan tambang minyak. Pada tahun 1883 mulai dikeluarkan konsesi bagi pertambahgan minyak di Sumatera, yaitu di Langkat dan 6 tahun kemudian hasilnya yang sedikit itu baru dapat dijual. Di tanah Bengkulu sendiri juga terdapat sumber minyak bumi. Di Bengkulu juga ada tambang batu bara.

Arthur S. Wallcot mengatakan, bahwa dulu di daerah pantai Bengkulu ada usaha pertambangan batu bara untuk Australia. Bahkan di daerah pedalaman dari tambang ini pernah di bangun jalan kereta api atau lori untuk mengangkut hasilnya.

Kegiatan pertambangan emas di Sumatera sudah tua usianya. Dahulu penduduk menambang emas di sungai-sungai. Untuk mencari butir emas yang terbawa dari lumpur-lumpur aluvial dan diluvial dari sungai sungai. Kadang-kadang mereka juga menambang dari gua gua yang dianggap mengandung emas walaupun dengan cara sederhana.

Menurut catatan tahun 1916, tambang emas di Afdeling Lebong, mengalami kemajuan. Dahulu ada jalan kereta api kecil yang menghubungkan daerah pertambangan dengan Muara Santan. Di tempat ini sungai Ketahun mulai dapat dilayari. Maskapai maskapai yang beroperasi ialah :

  1. De Mijnbouw Maatschappij Rejang Lebonga yang mendapat konsesi di Lebong Donok pada tahun 1899 seluas 2097 ha. Sejak tahun 1903 dikenakan pajak sebesar 10% dari pendapatan netto. Maskapai ini pernah mengalami jaman keemasan, sehingga nilai sahamnya naik sampai 1200, dan pada tahun 1916 masih berjalan baik. Pada tahun 1913 masih menghasilkan 1358 kg emas atau 7243 kg perak dengan nilai uang f. 2.551.787.-.
    Pada tahun 1914 hasilnya berkurang karena perang dan musim kemarau panjang. Hasilnya hanya f.1.620.803.- dan dendanya sebesar 15%
  2. De Mijnbouw Maatschappij Ketahun. Daerah lokasinya di Lebong Sulur sejak 1902

seluas 3211 ha. Dikenakan pajak sebesar 4% pendapat bruto. Pertambangan ini pernah mengalami jaman baiknya, tetapi persediaan tambang sudah menipis. Sejak tahun 1916 dikabarkan sudah bekerja dengan rugi. Hasil tahun 1913 tercatat 252 kg emas dan 494 kg perak.

  1. De Mijnbouw Maatschappij Simau Konsesi di Lebong Tandai sejak tahun 1906 dengan seluas 2959 ha, di kenakan pajak sebesar 4% dari pendapatan bruto. Masskapai ini berjalan dengan baik dan pada tahun 1913 menghasilkan 1125 kg emas, dan 5925 kg. perak dengan harga f. 2.146.640,– Denda untuk tahun 1914 sebesar 20%.

Perlu diketahui bahwa hasil logam mulia untuk seluruh Indonesia setahunnya 4000 kg emas dan 11.000 kg perak dan 70% dihasilkan dari Sumatera.

Sebelum perang Dunia ke-I pemerintah Belanda sendiri melakukan penelitian pertambangan di Bengkulu dan hasilnya berupa rencana (Desember 1915) untuk membuka daerah pertambangan emas di Lebong Simpang dan Tambang Tanah. Direncanakan untuk membuat jalan antara Simpang ke Air Dingin sepanjang 33 km yang terletak di tepi jalan raya ke Muara Aman.

Menurut C. Lekkerkerker, pada tahun 1916 di Lebong Simpang sementara itu tersedia biji emas sebanyak 70.000 ton. Sedankan ada lagi perkiraan di pedalamannya masih terdapat biji-biji emas. Diperkirakan biji-biji emas ini mempunyai kadar yang lebih tinggi. Di tambang Sawah ditemukan dua tempat persediaan biji emas, yaitu Tambang Sawah dan Gedang Ilir.

Di Tambang Sawah tersedia 29.000 ton biji emas sedangkan di Gedang Ilir ada 234.000 ton. Tambang Sawah diperkirakan akan menghasilkan emas yang tidak sulit dan tidak mahal karena biji-biji emas itu dalam lapisan horizontal dan tidak keras.

5. Pengangkutan.

Prasarana di pulau Sumatera terdapat terlalu sedikit manusia dan alat transport disana-sini memang ada kehidupan lalu lin- lintas yang ramai tetapi pada permulaan abad ke 20 belum dapat terciptakan satu Sumatera yang utuh, kuat dan merupakan satu kesatuan. Pada permulaan abad ke 20 orang mengatakan, bahwa kesatuan Pulau Sumatera baru dapat terwujud apabila ada jalan kereta api yang menghubungkan keseluruh pelosok Pulau Sumatera.

Hingga tahun 1912 memang sudah ada lalu lintas kereta api, tapi bersifat lokal, misalnya untuk mengangkut batu bara ke pelabuhan. Belum ada jalan kereta api yang menghubungkan seluruh Sumatera. Kemudian hari timbul pemikiran untuk membangun jalan kereta api yang menyeluruh, masalahnya : Siapa yang akan membangun ? Partikelir atau pemerintah.

Kalau Partikelir, lebih cepat bekerja dan dapat melayani suatu daerah dengan memuaskan. Tetapi Partikelir hanya mau membangun trayek yang gemuk dan menguntungkan. Partikelir tidak mau membangun kereta api di pelosok yang sepi. Partikelir hanya mau membangun untuk hari ini dan yang cepat mendatangkan denden besar.

Kalau Pemerintah : Sudah puas pada keuntungan
kecil dan bersifat jangka panjang. Tujuannya yang utama ialah membuka dan menghidupkan daerah baru. Pemerintah membangun untuk hari esok. Karena itu Pemerintah Belanda memilih untuk memberikan kepada pihak pemerintah guna membangun jalan kereta api di Sumatera.

Pada tahun 1903 terbitlah Rapport der Spoorwegwerken Midden in zuid Sumatera oleh Ir. KJA Ligtvoet, yang selanjutnya merupakan dasar dari rencana pembangunan jalan kereta api di Sumatera Selatan tahun 1915. Kota Tebing Tinggi masih merupakan kota ramai sebagai penghubung perjalanan ke Palembang lewat sungai atau mobil pos. Sekarang kota Lubuk Linggau yang menjadi kota persimpangan ramai.

Dengan perkembangan pertanian rakyat, perkebunan dan terbukanya jalan-jalan hubungan antar daerah semakin lancar. Komunikasi lebih cepat dari pada jaman sebelumnya. Perkembangan Pergerakan Nasional yang berpusat di Betawi dapat segera tiba di daerah Bengkulu. Seperti telah diuraikan pada angka 2 di atas, bahwa perkumpulan sosial, politik kepanduan berkembang pula di Bengkulu.

Dari segi kehidupan sehari-hari masyarkat Bengkulu diatur pula oleh adat istiadat. Setiap aspek kemasyarakatan diatur oleh tata cara baik tertulis ataupun tidak tertulis. Di antaranya adat perkawinan, adat menggarap tanah dan sebagainya. Secara tertulis adat istiadat ini tersusun dalam buku Simbur Gayo Bengkulu susunan Kgs Husin. Hukum adat ini biasanya telah dipaham oleh kepala-kepala adat.

Gotong royong sudah menjadi kewajiban hidup mengerjakan ladang, sawah, membuat rumah, upacara perkawinan, kematian selalu dikerjakan dengan gotong royong.

D. KEHIDUPAN SENI BUDAYA·

Pengaruh Kebudayaan asing mulai terasa sejak mulai datangnya bangsa asing ke Bengkulu. Rumah sudah mendapat pengaruh arsitektur Belanda. Cara berpakaian pun mulai ada pengaruh Eropa. 1. Pendidikan.

a. Pendidikan agama Islam di Bengkulu sebelum ada pendidikan secara Barat, pendidikan banyak dilakukan dalam rangka pendidikan agama Islam. Anak-anak mendapat pendidikan mengaji, di rumah atau pun di surau dan langgar. Menurut suatu catatan di Bengkulu pada tahun 1911 terdapat 72 sekolah pengajian dengan jumlah murid 789 anak-anak lelaki dan perempuan. Jumlah yang belajar mengaji tentu jauh lebih besar mengingat Bengkulu merupakan daerah di mana penduduknya taat menjalankan agama Islam.

Sekolah-sekolah pengajian itu, biasanya pada pagi hari dan malam hari. Guru agamanya adalah pejabat pejabat mesjid, surau atau langgar atau pun orang yang mempunyai keahlian tentang pendidikan agama. Pendidikan agama lanjutan di Bengkulu juga ada. Organisasi seperti Muhammadiyah merupakan Perguruan yang besar di daerah itu. Menjelang Perang Dunia ke II Muhammadiyah Bengkulu membuka pula sekolah lanjutan yaitu Mu'alimin.

Disamping itu sekolah Perti dan MAS sangat berkembang menjelang Perang Dunia ke-II.

b. Pendidikan Eropa.

Sejak orang-orang Eropa menetap mereka merasa kebutuhan untuk mendidik anak-anaknya dan berdirilah institut pendidikan. Pada jaman Hindia Belanda pendidikan anak pegawai dan tentara Belanda ditangani oleh pemerintah sendiri, karena jumlah orang Eropa makin banyak, di Bengkulu didirikan Europeesche Lagere School.

d) Pendidikan Bumi Putra. Politik Etika Hindia Belanda pada permulaan abad ke-20 mempunyai refleksi bagi Bengkulu, berupa berdirinya sekolah-sekolah. Pada tahun 1916 pendidikan bagi bangsa kita di pulau Sumatera merupakan pendidikan yang bercorak ragam, yaitu :
1) Pengajaran Pemerintah
a. Sekolah angka II

b. Sekolah angka I, kemudian dinamakan Hollands Inlandse School (HIS).
  1. Sekolah khusus.

2)Pengajaran rakyat Umum (swasta).

a. Sekolah partikelir netral, diberi subsidi berdasarkan Staatsblad 1895 No. 146.
b. Sekolah rakyat yang dibiayai oleh masyarakat

3)Sekolah Kejuruan.
a. Sekolah Guru
b. Sekolah pertanian
c. Sekolah pertukangan, dan
d. Sekolah pertenunan
Masih ada lagi sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan Agama.

Di Bengkulu pada tahun 1916, terdapat 24 Sekolah Angka II, dengan jumlah murid 2400 anak. Sekolah ini memakai bahasa pengantar bahasa Melayu, dan lama pendidikannya 5 tahun. Jumlah ini termasuk lumayan, bila dibandingkan dengan Tapanuli (23 sekolah, jumlah murid 3.800 anak); Lampung (8 sekolah 1.200 murid; Palembang 30 sekolah 4.000 murid; Sumatera Barat 65 sekolah 10.000 murid).

Di Bengkulu juga didirikan HIS Pemerintah Belanda, mula-mula hanya mendirikan satu macam sekolah, yaitu apa yang kemudian disebut : Sekolah Angka II, masa belajarnya 5 tahun, dan rakyat terutama di Sumatera menyukai sistem ini. Kemudian terjadi perkembangan. Didirikan sekolah angka II diperluas dan uang sekolah dinaikkan. Sekolah angka I dikhususkan bagi anak-anak golongan atasan seperti pegawai negeri dan sebagainya. Tetapi di Sumatera orang tidak menyukai sistem sekolah angka I ini.

Di pulau Jawa sejak tahun 1908, sekolah angka I ini dijadikan HIS. Pelajaran bahasa Belanda diajarkan di kelas 3 dan masa belajarnya ditambah lagi hingga 7 tahun. Sedangkan di pulau Sumatera pada tahun 1911 sekolah angka I dijadikan HIS. Di Jawa HIS diorganisir pada tahun 1913 dan sejak itu bahasa Belanda diajarkan dari kelas I, dan guru kepalanya harus orang Belanda. Di Sumatera organisasi itu terjadi pada tahun 1914. Di Bengkulu hanya terdapat satu buah HIS seperti ini. Tempatnya di SMP Negeri I sekarang (1977). HIS ini seperti diceritakan di atas hanya untuk anak-anak pegawai pemerintah Belanda saja. Didorong oleh ingin maju Yayasan Semarak Bengkulu guna mendirikan sekolah dan memberikan subsidi bagi pelajar-pelajar yang tidak mampu. Di Kota Curup didirikan HIS Rejang Setia. Direkturnya yang pertama adalah Pak Sudiro (ex Walikota Jakarta). Di Bengkulu dalam tahun 1933 didirikan Sekolah PPB di bawah pimpinan dr. Moechtar. Dengan berdirinya sekolah-sekolah yang juga mengajarkan bahasa Belanda ini, maka lebih banyak pula tertampung keinginan masyarakat daerah Bengkulu. Kemudian dalam tahun 1938 berdiri pula perguruan Taman Siswa di bawah pimpinan M.A. Chanafiah.

Di samping sekolah pemerintah dan swasta seperti di atas banyak pula sekolah desa yang diselenggarakan pemerintah Hindia Belanda. Muiai tahun 1914 banyak sekolah semacam itu dan biasanya juga 5 tahun.

Bukan hanya pendidikan dasar saja yang dikembangkan tetapi pendidikan kejuruan juga didirikan. Tahun 1913 di buka kursus-kursus pertanian, Guna mencukupi kebutuhan guru sekolah dasar didirikan Cursus Vervolg Onderwijs (CVO) misalnya di Bengkulu, Manna dan Curup.

Perhatian masyarakat Bengkulu terhadap pendidikan sangat besar. Guna melanjutkan pelajaran anak-anak maka dikirim ke Betawi, Bukit Tinggi, Yogyakarta dan lain-lain.

2. K e s e n i a n.

Kesenian di daerah ini banyak mendapat pengaruh dari luar, tetapi kemudian kesenian tersebut telah menjadi kesenian tradisi khas daerah ini.

Di sepanjang pesisir Bengkulu terdapat kesenian tradisionil yaitu Kesenian Bimbang Gedang. Kelihatan sekali percampuran dari bermacam-macam asal. Tari-tariannya bersumber dari Pagar Ruyung, tetapi sudah berubah corak sehingga menjadi khas Bengkulu. Instrumen musiknya bermacam-macam ragam. Serunai dari negeri Cina. Biola dari Eropa. Rebana dari Arab (Islam). Gendang panjang dari Arab (Islam)

Tarian dari instrumen ini telah berpadu menjadikan kesenian tradisional sepanjang pesisir Bengkulu.

Di kota Bengkulu terdapat pula kesenian rakyat yang diadakan sekali dalam setahun yaitu dari tanggal 1 Muharram sampai dengan tanggal 10 Muharram. Kesenian tradisional ini berasal dari India yang konon dibawa oleh pekerja-pekerja Inggris ketika membangun Benteng Marlborough. Mereka menamakannya T a b o t.
Gendang-gendang besar disebut d o l dipalu selama ± 10 hari itu dan disamping itu ada acara-acara tertentu yang dilaksanakan. Peragaan tabot ini sangat meriah.

Di daerah Bengkulu selatan terdapat pula kesenian khas. Kesenian ini diadakan pada waktu upacara perkawinan besar dan upacara-upacara kebesaran lainnya. Tari-tariannya diantaranya tari n u m b a k   k e r b a u.

Di daerah Rejang Lebong terdapat pula kesenian yang hampir bersamaan dengan Bengkulu Selatan yaitu tarian k e j e i.

Kesenian di kedua daerah di atas mungkin sekali banyak pengaruh dari Banten, Srijaya dan Mojopahit· Tariannya merupakan tarian kebesaran, berpasangan dengan pakaian yang indah-indah. Alat musiknya ialah kelintang (Jawa: benang), gong dan rebana.

Di Muko-muko terdapat tari G a n d a i, yang ditarikan oleh remaja putri. Tari-tari ini adalah tari bidadari yang menirukan gerakan hewan-hewan misalnya: Burung Kuau, Siaman dan lain-lain.

Di daerah Lubuk Durian Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara terdapat tari tradisional M e n d u n d a n g - B e n i h. Tarian ini menurut cerita berasal dari utusan-utusan Majapahit. Utusan ini kemudian pergi ke balik bukit yaitu Renah Sekalawi (Lebong). Di daerah ini tarian tersebut menjadi asal mula tarian adat Kejai.

Sampai saat ini semua tarian tersebut di atas masih hidup sebagai kesenian rakyat.

Disamping itu pengaruh kesenian Barat juga menyusup di kota-kota.
  1. ALAM PIKIRAN DAN KEPERCAYAAN.
  1. Perkembangan agama islam

Seperti telah diungkapkan dalam Bab sebelum ini bahwa sejak permulaan abad ke- 16 Islam mulai masuk ke Bengkulu dari Banten , terutama di daerah bagian Selatan Bengkulu. Diperkirakan pula bahwa Bengkulu juga menerima Islam dari Aceh dan Sumatera Barat. Sedangkan daerah Rejang Lebong kemungkinan pula Islam masuk dari Palembang. Sejak itu Islam berkembang dengan pesat. Kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh Islam. Mesjid, surau dan langgar tumbuh dimana-mana. Islam merupakan agama terbesar yaitu melebihi 99% dari seluruh penduduk. Perkembangan itu masih kita lihat adanya sisa-sisa kepercayaan lama diantara penganut Islam, terutama sekali di daerah pedalaman. Kepercayaan terhadap roh, keramat dan magi masih ada meskipun kemudian mereka telah beragama Islam.

  1. Agama Nasrani.

Seperti juga telah diungkapkan sebelum ini, bahwa agama Nasrani atau Katholik datang di Bengkulu sengaja disebarkan oleh Zending Katholik.

Pada tahun 1916, ada dua padri Katholik Roma, memimpin missi ± 600 jiwa. Pada mulanya penganutnya adalah orang-orang Barat yang berkedudukan di Bengkulu.

Pada penhujung abad ke 19 terasa sedikit pertambahan yaitu dari orang-orang Cina yang sudah menetap di Bengkulu, dari pulau Enggano dan sakit di daerah Bengkulu Selatan yaitu di daerah Muara Tiga.
Karena mendapat pengaruh dari Tanjung - Sakti.
3. Kepercayaan lain.

Sampai pertengahan abad ke-19 masih terdapat sisa-sisa kepercayaan lama di daerah pedalaman, tetapi pada akhir abad ke-19 tidak terdapat lagi penganutnya secara sempurna.

Masyarakat telah menganut agama Islam atau Nasrani, meskipun cara-cara lama masih terbawa-bawa juga.
4. Perjuangan pergerakan Nasional dan Motivasi agama.
Organisasi politik yang pertama di Bengkulu adalah Serikat Islam. Tahun 1921 di Bengkulu berubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).
Di samping Muhammadiyah, 'Aisyiah nampak maju dalam usaha kemasyarakatan kaum itu. Tahun 1936 menjadi Terbityahtul Islamiyah dan kemudian berubah menjadi Perti. Serentak dengan Tasinulkhair berdiri pula MAS (Muammatulkhair Arabische School). Kemudian terdapat pula Jamiatulkhair. Kesemua organisasi diatas tergerak dalam bidang pendidikan, tetapi pada hakikatnya sulit untuk dilepaskan dari usaha bangsa Indonesia ingin mendapat kemajuan dan akhirnya ingin membebaskan diridari belenggu penjajahan.
5. Kehidupan Intelektual.
Kehidupan intelektual dipengaruhi oleh Pendidikan Barat dan pendidikan Islam. Yang mendapat pengaruh Barat terutama pegawai Hindia Belanda ataupun swasta yang telah

belajar di sekolah.

Dalam kehidupan sehari-hari dan berfikir lebih maju. Namun demikian keperibadian bangsa tidak mereka tinggalkan. Pengaruh pendidikan Islam terdapat pada kelompok yang telah belajar di sekolah-sekolah Islam, baik yang belajar di luar daerah maupun di daerah sendiri.

F. HUBUNGAN KELUAR.

Sejak awal abad ke 19 Bengkulu seluruhnya sudah menjadi kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Tidak ada lagi satu darah pun yang masih berdiri sendiri. Dengan demikian hubungan ke dunia luar terletak sepenuhnya pada pemerintah Hindia Belanda.

Masyarakat Bengkulu buta terhadap perkembangan dunia luar. Hanya kaum intelektual dapat mendengar radio, membaca koran dan lain sebagainya. Hubungan antara daerah Curup lancar terutama setelah dibuka jalan kereta api ke Palembang dan Tanjung Karang. Ke Betawi (Jakarta) Padang menjadi baik dengan dibukanya pula jalur KPM.

Hubungan ini membawa pengaruh yang baik pula bagi masyarakat Bengkulu. Banyak pemuda yang melanjutkan pelajaran ke Sumatera Barat, Palembang dan pulau Jawa.

Semangat kebangkitan Nasional Sumpah Pemuda dengan mudah tiba di Bengkulu. Terbukti tumbuhnya organisasi, partai dan kepanduan seperti tersebut di depan.


-oOo-